Iklan

/

Iklan

Gus Yahya Inginkan Energi Peradaban di Kantor Hoofdbestuur Jadi Modal Perjuangan NU

Redaksi Mimbar.News
Jumat, 18 Februari 2022, 07:07 WIB Last Updated 2022-02-18T00:08:20Z

 

Perayaan Harlah NU ke 99 bersama jajaran pengurus PBNU dan ketua PWNU se Indonesia di Kantor Pusat (Hoofdbestuur) NU Pertama yang kini menjadi kantor PCNU Kota Surabaya. (Foto:istimewa) 

Mimbar.News, Surabaya - Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) meminta seluruh pengurus, kader dan warga jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) bisa melestarikan energi peradaban yang ditinggalkan oleh para masyayikh dan muassis NU di kantor PCNU Kota Surabaya di Jalan Bubutan VI.No.2 Kota Surabaya untuk modal perjuangan meraih mimpi masa depan.


Pernyataan itu disampaikan KH Yahya Cholil Staquf saat menggelar napak tilas dalam rangkaian puncak perayaan Harlah NU ke 99 bersama jajaran pengurus PBNU dan ketua PWNU se Indonesia di Kantor Pusat (Hoofdbestuur) NU Pertama yang kini menjadi kantor PCNU Kota Surabaya, Kamis (17/2/2022).


Menurut Gus Yahya, NU lahir dan dimulai di kantor ini. Oleh karena itu sebelum mulai abad kedua NU maka penting sekali PBNU datang kesini. Terlebih kepengurusan PBNU yang baru mencanangkan NU bangkit berjuang lebih keras untuk mencapai masa depan yang lebih baik.


“Ketika hendak berjuang meraih masa depan tak boleh terlepas dari asal mulanya. Disinilah dimulainya PBNU.


Berpikir kesetiaan dalam perjuangan, disinilah mula-mula kesetiaan ditambatkan. Jika bermimpi tentang masa depan maka di tempat inilah mula-mula dihidupkan,” tegasnya.


Ia bersama rombongan PBNU dan PWNU se Indonesia sengaja datang kantor PCNU Kota Surabaya juga merasakan suasana di dalamnya. “Apalagi kalau kita kerahkan kepekaan spiritual maka kita akan menangkap energi (kekuatan) apa yang kemudian telah menggelindingkan NU hingga ke titik yang kita nikmati hari ini setelah 99 tahun kedepan,” dalih Gus Yahya.


Lantas kekuatan apa yang diandalkan NU untuk meraih bekal mimpi tentang masa depan? Padahal para masyayikh dan muassisun NU itu tidak mempunyai kemewahan posisi politik seperti yang kita nikmati hari ini, dan tidak miliki kemewahan modal ekonomi yang kita nikmati hari ini.


Saat itu yang bisa diandalkan hanyalah KH Mohammad Hasyim Asy’ari, belum ada KH Makruf Amin, yang ada baru H Hasan Dipo, belum ada H Mardani, hari itu yang ada baru KH Wahab Chasbullah belum ada H. Saifullah Yusuf dan lainnya.


“Para muassisun hanya mengandalkan kebersihan hati, kecintaan pada agama dan kesetiaan pada pada sanad ilmu yang mereka pikul dan telah terbukti modal itu mampu antarkan kita semua sampai pada capaian – capaian besar 99 tahun kemudian,” beber Gus Yahya


Menurut Gus Yahya jika NU berpikir mimpi masa depan NU yang lebih baik maka kecanggihan Gus Ipul itu tidak ada apa-apanya atau kekayaan H Mardani tidak ada apa-apanya dan kedudukan tinggi dalam politik yang diduduki KH Makruf Amin dan lain tidak ada apa-apanya, jika modal yang dulu diandalkan para muassis NU tidak kita teguhi bersama.


“Tidak ada artinya jika benih yang ditanam oleh para muassisun yang telah tumbuh menjadi pohon yang begitu kokoh dan memberikan buah yang begitu begitu banyak dinikmati masholihnya jika tidak kita terus pelihara. Pohon ini tak boleh kita hanya sibuk memanennya tapi juga harus memelihara kesentosaan pohon besar ini dan tak boleh berhenti menanam bibit-bibit pohon yang sama sebanyak-banyaknya,” harap Gus Yahya.


“Saya berdoa semoga kehadiran kita hari ini bisa mengilhami dan merasuki kita (keranjingan) energi spiritual yang dulu telah ditumbuhkan di tempat ini dan terus mewarnai khidmah kita dalam kedudukan apapun juga, dalam keadaan apapun juga terus berkhidmah selama hayat masib di kandung badan,” imbuhnya.


Di sisi lain, Ketum PBNU juga merespon usulan Walikota Surabaya yang ingin menjadikan kantor PCNU Kota Surabaya menjadi museum dan berharap Muktamar 1 Abad NU dilaksanakan di Surabaya.


“Saya menyetujui Kantor PCNU Kota Surabaya dijadikan museum supaya bisa terjamin perawatannya,” kata Gus Yahya.

Meski akan dijadikan museum, namun Gus Yahya tetap meminta aktifitas spiritual keagamaan di gedung ini tetap diizinkan.


“Tetapi pada waktu-waktu tertentu tempat ini digunakan tempat bermujahadah sehingga energi spiritual gedung ini tetap bisa kita rasakan,” harapnya.


Gus Yahya juga akan mempertimbangkan usulan dan keinginan warga NU Kota Surabaya yang ingin menjadi tuan rumah Muktamar 1 Abad NU karena NU lahir di Kota Surabaya. “Usulan Pak Walikota Surabaya menjadikan Surabaya sebagai tuan rumah muktamar 1 Abad NU akan kami pertimbangkan,” tegasnya.


Sementara itu, Ketua PCNU Kota Surabaya, Dr. KH Muhibbin Zuhri menjelaskan bahwa gedung PCNU Kota Surabaya merupakan cagar budaya dan memiliki nilai historis tinggi bagi kelahiran NU. Dalam bahasa Belanda gedung ini dinamai Hoofdbestuur yang berarti Pengurus Besar atau Kantor Pusat .


Sebelum menjadi kantor PBNU pertama kali, gedung ini menjadi kantor Subbanul Waton 1924 yang kemudian menjadi embiro NU, dan baru tahun 1926 menjadi kantor pusat NU. Di era perang kemerdekaan kantor PBNU pernah pindah ke Pasuruan dan Madiun. 


Namun tahun 1945 kembali lagi ke Surabaya hingga muncul peristiwa sejarah Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 hingga kemudian ditetapkan menjadi Hari Santri Nasional.

“Barulah tahun 1951 kantor PBNU pindah ke Menteng Jakarta dan tahun 1956 pindah ke Kramat Raya Jakarta,” jelas pria yang juga menjadi dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya.


Kedatangan rombongan PBNU dan PWNU se Indonesia disambut dengan tari pencak Loro Pangkon dari Sidosermo Surabaya. Kemudian pembacaan sholawat nabi dan tahlil yang dipimpin rais syuriah PCNU Surabaya KH Mas Sulaiman dan doa dipimpin KH Masduki Abdul Ghoni kakak kandung rais a’am PBNU KH Miftakhul Akhyar.


Sebelum ditutup, Ketum PBNU KH Yahya Cholil Tsaqut didampingi sekjen PBNU Saifullah Yusuf dan Walikota Surabaya Eri Cahyadi melakukan pemotongan nasi tumpeng yang diberikan kepada Habib Luthfi Bin Haddad dan foto bersama dengan latar belakang kantor PBNU pertama. (rls) 

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Gus Yahya Inginkan Energi Peradaban di Kantor Hoofdbestuur Jadi Modal Perjuangan NU

Terkini

Iklan

Close x