Saya mungkin lalai dan teledor terhadap Protokol Kesehatan (PROKES), akhirnya merasakan dan terpapar Covid-19. Terpaparnya selama tiga pekan, yakni sepekan di rumah dan dua pekan di RS Covid Soppeng.
Padahal selama ini, saya mungkin terlalu taat terhadap prokes. Begitu savetynya, kalau isteri ke pasar, saya menunggunya di luar rumah kedatangannya.
Sebelum masuk rumah, wajib cuci tangan dan kaki, bahkan kalau perlu mandi dan ganti baju di WC yang ada di luar rumah. Pakaian dari pasar harus direndam dengan sabun cuci. Yang agak berlebihan lagi, semua belanjaan yang layak dibilas harus dicuci dengan sabun yang digaransikan untuk sayur dan buah-buahan.
Tapi kalau taqdir memang terpapar Covid-19, tidak bisa mengelak dari ketentuan Allah Swt. Tentu saja sebelum berkata taqdir, mesti kedepankan ikhtiar yakni memaksimalkan usaha sesuai kemampuan kita.
Ada yang menarik dari Covid 19 ini menurut kecamata saya selaku orang awam. Saya menganalogikan Covid 19 bekerja seperti Iblis. Iblis merayu manusia untuk selalu melanggar dan melakukan dosa. Kalau perlu Iblis merayu manusia supaya tidak beruntung. Misalanya kalau tidak mampu melarang manusia melaksanakan ibadah wajib, maka ia berusaha agar tidak melaksanakan ibadah sunat.
Begitu juga Covid 19 merayu dengan kasar dan halus kepada manusia untuk takluk dan tunduk kepadanya.
Kalau ada OTG, selalu mengatakan, kamu tidak apa-apa, jangan mau diperiksa tim medis, keluar saja berinteraksi dengan orang banyak, tidak apa-apa.
Kalau sudah tahu dirinya terpapar, maka Covid 19 selalu mengajaknya untuk galau, was-was, dan takut. Bahkan Covid 19 berkata: Jangan meremehkan aku, kamu pasti tidak mampu mengalahkanku.
Kalau ada terpapar atau pasien Covid 19 tidak mau makan, maka ia selalu merayu dengan mengatakan, jangan makan, tidak enak, pahit tenggorokanmu, nanti mau muntah kalau makan.
Kalau pasien malas bergerak, maka ia merayu supaya tidak bergerak dan berolah raga. Masa mau lompat, jalan tanpa tujuan, seperti saja orang tidak ada kerjaan
Kalau pasien tidak bisa tidur, maka selalu mengganggunya, menakutinya sehingga terbebani pikiran yang tidak-tidak. Kalau perlu mengajak pasien untuk begadang.
Kalau ada pasien sakit kalau bernapas, maka ia selalu mengusap-ngusap kepalanya agar tidak bernapas. Coba kalau bernapas betapa sakitnya, pelan-pelan saja. Sehingga kalau menurutinya tidak bernapas, maka tentu saja berhadapan dengan Malakul Maut.
Jadi apa yang harus dilakukan menghadapi Covid 19:
1. Jangan takut ditracking untuk diSWAB, demi keselamatan keluarga dan orang banyak.
2. Berusaha selalu optimis, senang, riang gembira dan yakin bahwa pasti badai berlalu dan good by covid 19.
3. Berusaha makan sebanyak-banyaknya. Kalau perlu sesuap demi suap. Makan bukan karena selera tenggorokan, tetapi makan karena ingin sembuh dan sehat.
4. Upayakan berolah raga sesuai kemampuan fisiknya, jangan malas bergerak dan hanya baring pasrah terhadap nasib.
5. Berusaha untuk tidur, kalau perlu membaca, menonton, atau yang lebih afdhal adalah berzikir atau menghafal ayat-ayat Allah Swt yang dihafal
6. Berusaha tetap bernapas, meskipun terasa sakit. Ikuti tutorial cara bernapas yang baik jika terpapar Covid 19
7. Banyak berdoa, membangun silaturrahmi, perbanyak ibadah, dan melakukan kebaikan.
Insya Alah dengan melaksanakan tips ini, maka akan meningkat imun dan iman sehingga aman dari Covid 19.
Penulis: Muh. As'ad (Alumni RS. Covid Soppeng)